Sabtu, 23 Mei 2015

Metode Audiolingual



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode Audiolingual adalah suatu metode yang mana banyak melakukan praktek-praktek dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khutbah dan lain sebagainya yang mana diharapkan para siswa bisa berbicara seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode audiolingual pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode langsung yang dirasa memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa. Untuk itu metode ini disamping menekankan pengajaran bahasa lewat mendengar dan menirukan, juga dimungkinkan penggunaan bahasa ibu untuk penjelasannya.
Metode ini biasanya lebih banyak diterapkan dengan bentuk pattern drill. Penggunaan pendekatan drill sudah lazim digunakan di kalangan militer. Karena pada awalnya metode ini banyak digunakan pada kalangan militer, maka metode ini juga disebut dengan army method.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Pengertian Metode Audiolingual
2.      Bagaimana sejarah Metode Audiolingual?
3.      Apa asumsi Metode Audiolingual?
4.      Apa saja karakteristik Metode Audiolingual?
5.      Apa tujuan utama Metode Audiolingual?
6.      Bagaimana langkah-langkah pengajaran Metode Audiolingual?
7.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan Metode Audiolingual?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah kami, antara lain sebagai berikut.
1.      Mengetahui pengertian Metode Audiolingual
2.      Mengetahui sejarah Metode Audiolingual
3.      Mengetahui asumsi Metode Audiolingual
4.      Mengetahui karakteristik Metode Audiolingual
5.      Mengetahui tujuan utama Metode Audiolingual
6.      Mengetahui langkah-langkah pengajaran Metode Audiolingual
7.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan Metode Audiolingual
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Metode Audiolingual
Pada dasarnya metode Audiolingual hampir sama dengan metode lainnya. Adapun metode yang muncul sebelum metode ini adalah metode Direct (Direct Method). The Audiolingual method is the method which focuses in repetition some words to memorize. Audiolingual method is a method which use drills and pattern practice in teaching language. Adapun Jill Kerper Mora dari San Diego University menyebutkan:
"This method26 is based on the principles of behavior psychology. It adapted many of the principles and procedures of the Direct Method, in part as a reaction to the lack of speaking skills of the Reading Approach".
Metode Audiolingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language. Dasar dan prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Selain itu, tujuan Audiolingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk menciptakan kompetensi komunikatif dalam diri siswa. Sebagaimana diketahui, pengucapan (pronunciation), susunan serta aspekaspek lain antara bahasa asing dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
Pengulangan-pengulangan yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan (habit). Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing (bahasa Inggris), jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan secara otomatis dan refleks dapat melakukannya. Sehingga dalam pelaksanaannya, agar usaha tersebut dapat berjalan lancar maka diperlukan memerlukan keseriusan baik dari guru maupun siswa.

B.     Sejarah Metode Audiolingual
Metode Audiolingual merupakan sebuah metode yang sudah berkembang selama Perang Dunia II berlangsung. Keikutsertaan Amerika dalam perang dunia II telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran bahasa Inggris di negara tersebut. Untuk membekali pemerintah Amerika dengan personel yang fasih berbahasa Jerman, Prancis, Italia, China, Jepang, Melayu dan bahasa lainnya penerjemah, asisten code-room, dan pengalih bahasa dibutuhkan sebuah training khusus program bahasa. Pemerintah menugaskan universitas-universitas di Amerika untuk mengembangkan bahasa asing bagi personel militer Amerika. Demikian hingga akhirnya Army Specialized Training Program (ASTP) didirikan pada tahun 1942. pada awal tahun 1943 sebanyak 55 universitas terlibat dalam program ini.
Metode yang juga dikenal sebagai Army method ini berkembang sebagi reaksi terhadap metode Grammar-Translation dalam pengajaran bahasa asing. Metode Grammar-Translation ini sebelumnya telah dipakai selama seribu tahun, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama bagi pembelajar untuk dapat berbicara dengan bahasa asing yang ditargetkan. Kira-kira sejak 1947-1967 pendekatan AudilLingual telah menjadi metode pengajaran bahasa asing yang dominan di Amerika. Dengan metode yang lebih inovatif, metode Audiolingual ini mampu mencapai kompetensi komunikatif lebih cepat.
Teori ini berdasar pada teori behavioristik yang dikembangkan Skinner. Sebagaimana diketahui bahwa kaum behavioris yakin bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah masalah pembisaaan dan pembentukan kebisaaan. Dengan pola pikir bahwa dalam proses pembelajaran yang penting adalah stimulus dan respons dan adanya penguatan. Oleh sebab itu, dalam dunia pembelajaran bahasa teori itu melahirkan pendekatan Audiolingual yang banyak memberikan pengulangan. Mereka yakin jika belajar bahasa itu dilakukan dengan pengulangan, maka kompetensi berbahasa itu akan dapat diperoleh.
Aliran behaviorisme menjelaskan pengertian tingkah laku melalui aksi dan reaksi atau yang biasa kita kenal dengan istilah stimulus dan response; stimulus yang berbeda menghasilkan responsi yang berbeda pula. Adapun hubungan antara stimulus tertentu dengan responsi tertentu disebut kebiasaan atau habit.
Watson, seorang tokoh aliran psikologi behaviorisme klasik pernah mengemukakan bahwasanya stimulus dapat mendatangkan responsi, maka dapat disimpulkan jika stimulus terjadi secara tetap maka responsi pun terlatih dan diarahkan tetap akhirnya dapat terjadi secara bersifat otomatis. Dalam metode Audiolingual yang didasarkan pada teori behavioristik yang digunakan dalam penelitian ini, peran guru sangat dominan karena gurulah yang memilih bentuk stimulus, memberikan punishment dan reward, memberikan penguatan dan menentukan jenisnya, dan guru juga yang memilih materi, dan cara mengajarkannya.

C.    Asumsi Metode Audiolingual
Tahap selanjutnya adalah pemahaman mengenai asumsi dasar. Asumsi adalah konsep atau cara berpikir, jadi melalui asumsi ini, Anda akan mengetahui inti dari audio lingual method, bagaimana metode ini bekerja, dan elemen-elemen penting apa yang seharusnya Anda libatkan. Nah, yuk kita simak 3 asumsi Metode Audiolingual,
1.      Bahasa adalah ucapan-ucapan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pernyataan tersebut, dapat kita lihat bahwa metode ini lebih menekankan kepada apek berbicara. Memang benar, karena sejatinya, Metode Audiolingual memiliki anggapan bahwa grammar, dan kosakata merupakan sekumpulan teori yang sukses apabila diterapkan secarlangsung melalui berbicara. Jadi, siswa tidak akan menguasai grammar jika hanya menghafal namun harus action. 
2.      Listening dan speaking datang dahulu, kemudian diikuti oleh reading dan writing. Proses ini terinspirasi dari kehidupan masa kecil kita sendiri. Ketika kecil, Anda memperoleh bahasa melalui mendengarkan dahulu bukan? Sampai saat ini saya belum menemukan satupun bayi yang langsung menulis, membaca atau berbicara tanpa mendengar terlebih dahulu.Kemudian, setelah mendengar ayah dan ibu kita berbicara, maka kita mulai berceloteh sedikit demi sedikit seperti “mama, papa, kakak, dst”. Nah, aspek yang kedua ini dinamakan sebagai proses berbicara. Lalu aspek yang ketiga adalah memahami kata dengan membaca baru kemudian menulis. Masuk akal bukan?
3.      Setiap pengguna bahasa diarahkan untuk berbicara dalam cara yang berbeda-beda. Artinya, seorang siswa akan tidak akan dipaksa untuk menghafalkan suatu konsep dan bagimana menggunakannya secara berulang-ulang. Mereka akan diajarkan bagaimana menggunakan bahasa secara natural dan alami tentunya dengan konsep yang berbeda-beda.
                                                                                                                    
D.    Karakteristik Metode Audiolingual
Karakteristik metode Audiolingual ini natara lain adaah sebagai berikut :
1.      Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat ketrampilan berbahasa secara seimbang.
2.      Urutan penyajiannya adalah menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.
3.      Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk dihafalkan.
4.      Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola (pattern-pratctice). Latihan atau drill mengikuti urutan : stimulus > response > reinfrcement.
5.      Kosa kata dibatasi secara ketat atau ungkapan, bukan sebagai kata-kata lepas yang berdiri sendiri.
6.      Pengajaran sistem bunyi secara sistematis (berstruktur) agar dapat digunakan/dipraktekan oleh pelajar, dengan teknik demonstrasi, peniruan, komparasi, kontras, dan lain-lain.
7.      Pelajaran menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara, dalam arti pelajaran menulis terdiri daripola kaimat dan kosa kata yang sudah dipelajari secara lisan.
8.      Penerjemahan dihindari. Pemakaian bahasa ibu apabila sangat diperlukan untuk penjelasan, diperblehkan secara terbatas.
9.      Gramatika (dalam arti ilmu) tidak diajarkan pada tahap permulaan. Apabia diperlukan pengajaran gramatika pada tahap tertentu hendaknya diajarkan secara induktif, dan secara bertahap dari yang mudah ke yang sukar.
10.  Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukan adanya perbedaan struktural antara bahasa asing yang diajarkan dan bahasa ibu pelajar. Demikian juga bentuk-bentuk kesalahan siswa yang sifatnya umum dan frekuensinya tinggi. Untuk ini diperlukan analisis kontranstif dan analisis kesaahan.
11.  Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam memberikan response harus sungguh-sungguh dihindarkan.
12.  Guru menjadi pusat dalam kegiatan kelas, siswa mengikuti (merespon) apa yang diperintahkan (stimulus) oleh guru.
13.  Penggunaan bahan rekaman, laboratrium bahasa, dan visual aids sangat dipentingkan.

E.     Tujuan Utama Metode Audiolingual
Prinsip sebuah metode dibangun berdasarkan tujuan yang ditegakkan pada awal waktu. Metode Audiolingual memiliki empat tujuan utama yang mencakup pembelajaran sebuah bahasa Inggris sebagai bahasa Asing. Tujuannya adalah :
1.      Peserta didik dapat memahami bahasa asing ketika berbicara dengan kecepatan normal dan peduli dengan hal-hal biasa yang terjadi di sekitar pembicaraannya.
2.      Pembelajar bahasa mampu berbicara dalam pengucapan yang diterima dan tata bahasa yang tepat.
3.      Pembelajar bahasa tidak memiliki kesulitan dalam memahami materi cetak.
4.      Pembelajar bahasa mampu menulis dengan standar yang baik.

F.     Langkah-langkah penyajian Metode Audiolingual
1.      Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membacanya berulang kali, dan pelajar menyimak tana meihat teks.
2.      Peniruan dan penghafaan dialog atau bacaan pendek, dengan teknik menirukan bacaan guru kalimat per kalimat secara klasikal, sambil menghafalkan kalimat-kalimat tersebut. Teknik ini disebut mimicry-memorization (mim-mem) technique.
3.      Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan pendek, terutama yang dianggap sukar, karena terdapat struktur dalam bahasa ibu pelajar. Ini diakukan dengan teknik dri yang umumnya bersifat mekanis.
4.      Dramatisasi dialog atau bacaan pendek yang sudah dilatihkan. Pelajar memeragakan atau mendramatisasikan dialog yang sudah dihafalkan didepan kelas secara bergantian.
5.      Latihan membuat kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dipelajari.

G.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Audiolingual
Secara implisit telah kita singgung beberapa keunggulan Metode Audiolingual ini. Seperti juga halnya metode-metode pengajaran bahasa lainya, maka disamping keunggulanya,terdapat juga beberapa kelemahan atau kekurangan Metode Audiolingual.
1.      Adapun kelebihan dari metode ini antara lain adalah :
a.       Dapat diterapkan pada kelas-kelas yang sedang.
b.      Memberibanyak latihan dan praktek dalam aspek keterampilan menyimak dan berbicara.
c.       Sesuai bagi tingkatan lingustik para siswa.
d.      Audiolingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang secara terbuka mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan psikologi.
e.       Metode Audiolingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah diakses oleh pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar). Hal tersebut menyebabkan partisipasi pembelajar melalui teknik drill dapat dimaksimalkan.
f.       Secara positif drill dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan oralnya.
g.      Teknik pengajaran dalam metode Audiolingual dengan menggunakan tape recording dan laboratorium bahasa menawarkan latihan kecakapan berbicara dan mendengar yang merupakan hal paling penting dalam pembelajaran bahasa. Pola-pola drill memberikan siswa lebih banyak latihan.
h.      Metode Audiolingual mengembangkan kemampuan berbahasa ke dalam "peralatan pedagogig" yaitu mendengar (menyimak), membaca dan menulis. Metode Audiolingual secara spesifik memperkenalkan desain teknik pendengaran (listening) dan latihan oral (speaking). Hal tersebut menunjukkan kesuksesan dalam mengembangkan pemahaman aural (listening) dan kelancaran berbicara (speaking).

2.      Sedangkan kekurangan dalam Metode Audiolingual antara lain adalah:
a.       Guru terampil dan cekatan sangat dibutuhkan
b.      Ulangan serinkali membosankan serta menghambat penghipotesis-an kaidah-kaidah bahasa dan Kurang sekali memberi perhatian pada ujaran/tuturan yang spontan.
c.       Teknik yang digunakan dalam metode Audiolingual seperti drill, penghafalan, dan lain sebagainya mungkin bisa membuat bahasa menjadi sebuah kelakuan (kebisaaan), tetapi hal tersebut tidak menghaslikan kompetensi yang diharapkan.
d.      Dengan metode Audiolingual mungkin guru akan mengeluhkan tentang banyaknya waktu yang dibutuhkan (lama), dan para siswa akan mengeluh tentang kebosanan yang disebabkan oleh pola drill yang terus-menerus digunakan.
e.       Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam metode Audiolingual, jadi guru lebih banyak mendominasi kelas.
f.       Adapun menurut Roestiyah kelemahan suatu metode atau teknik pembelajaran yang menggunakan drill adalah sebagai berikut:
1)      Sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak dapat berubah, karena merupakan cara yang telah dibakukan, maka hal tersebut dapat menghambat bakat dan inisiatif siswa.
2)      Para siswa tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut pikirannya sendiri.
3)      Keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/paati, yang akan merupakan kebiasaan kaku/keterampilan yang salah.
4)      Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan tepat; sehingga tidak boleh diubah; mengakibatkan keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang akan merupakan kebiasaan yang kaku; atau keterampilan yang salah.










BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
Metode Audiolingual adalah suatu metode yang mana banyak melakukan praktek-praktek dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khutbah dan lain sebagainya yang mana diharapkan para siswa bisa berbicara seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode audiolingual pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode langsung yang dirasa memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa.
Metode Audiolingual merupakan sebuah metode yang sudah berkembang selama Perang Dunia II berlangsung.
Didalam metode audiolingual memiliki asumsi yang merupakan konsep atau cara berpikir, jadi melalui asumsi ini, Anda akan mengetahui inti dari Metode Audiolingual. Didalam meode audiolingua memiliki 3 asumsi yaitu :
1.      Bahasa adalah ucapan-ucapan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pernyataan tersebut
2.      Listening dan speaking datang dahulu, kemudian diikuti oleh reading dan writing.
3.      Setiap pengguna bahasa diarahkan untuk berbicara dalam cara yang berbeda-beda. Artinya.
Memiliki tiga belas karakteristik dan empat tujuan. Empat tujuan itu :
1.      Peserta didik dapat memahami bahasa asing ketika berbicara dengan kecepatan normal dan peduli dengan hal-hal biasa yang terjadi di sekitar pembicaraannya.
2.      Pembelajar bahasa mampu berbicara dalam pengucapan yang diterima dan tata bahasa yang tepat.
3.      Pembelajar bahasa tidak memiliki kesulitan dalam memahami materi cetak.
4.      Pembelajar bahasa mampu menulis dengan standar yang baik.
Memiliki kelebihan diantaranya :
1.      Dapat diterapkan pada kelas-kelas yang sedang.
2.      Memberibanyak latihan dan praktek dalam aspek keterampilan menyimak dan berbicara.
3.      Sesuai bagi tingkatan lingustik para siswa.
4.      Audiolingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang secara terbuka mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan psikologi.
5.      Metode Audiolingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah diakses oleh pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar). Hal tersebut menyebabkan partisipasi pembelajar melalui teknik drill dapat dimaksimalkan.
Dan memiliki kekurangan diantaranya :
1.      Guru terampil dan cekatan sangat dibutuhkan
2.      Ulangan serinkali membosankan serta menghambat penghipotesis-an kaidah-kaidah bahasa dan Kurang sekali memberi perhatian pada ujaran/tuturan yang spontan.
3.      Teknik yang digunakan dalam metode Audiolingual seperti drill, penghafalan, dan lain sebagainya mungkin bisa membuat bahasa menjadi sebuah kelakuan (kebisaaan), tetapi hal tersebut tidak menghaslikan kompetensi yang diharapkan.
4.      Dengan metode Audiolingual mungkin guru akan mengeluhkan tentang banyaknya waktu yang dibutuhkan (lama), dan para siswa akan mengeluh tentang kebosanan yang disebabkan oleh pola drill yang terus-menerus digunakan.
5.      Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam metode Audiolingual, jadi guru lebih banyak mendominasi kelas

B.     Saran
Dari uraian di atas penulis berharap supaya siapapun yang akan mempelajari media pembelajaran, hendaknya paham tentang pengertian, sejarah, karakteristik, langkah-langkah pengajaran, kelebihan dan kekurangan secara spesifik.







DAFTAR PUSTAKA

Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method


Susan Kifutu, Background and Characteristics of the Audiolingual Method



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda