BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode Audiolingual
adalah suatu metode yang mana banyak melakukan praktek-praktek dan
latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khutbah dan lain
sebagainya yang mana diharapkan para siswa bisa berbicara seperti pemilik
bahasa itu sendiri. Metode audiolingual pada dasarnya merupakan pengembangan
dari metode langsung yang dirasa memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan
hal-hal yang sulit dipahami siswa. Untuk itu metode ini disamping menekankan
pengajaran bahasa lewat mendengar dan menirukan, juga dimungkinkan penggunaan
bahasa ibu untuk penjelasannya.
Metode ini biasanya lebih banyak diterapkan dengan bentuk pattern drill.
Penggunaan pendekatan drill sudah lazim digunakan di kalangan militer. Karena
pada awalnya metode ini banyak digunakan pada kalangan militer, maka metode ini
juga disebut dengan army method.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Pengertian Metode
Audiolingual
2. Bagaimana sejarah Metode
Audiolingual?
3. Apa asumsi Metode
Audiolingual?
4. Apa saja karakteristik
Metode Audiolingual?
5. Apa tujuan utama Metode
Audiolingual?
6. Bagaimana
langkah-langkah pengajaran Metode Audiolingual?
7. Bagaimana kelebihan dan
kekurangan Metode Audiolingual?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah kami, antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian
Metode Audiolingual
2. Mengetahui sejarah
Metode Audiolingual
3. Mengetahui asumsi
Metode Audiolingual
4. Mengetahui
karakteristik Metode Audiolingual
5. Mengetahui tujuan utama
Metode Audiolingual
6. Mengetahui
langkah-langkah pengajaran Metode Audiolingual
7. Mengetahui kelebihan
dan kekurangan Metode Audiolingual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode
Audiolingual
Pada dasarnya metode
Audiolingual hampir sama dengan metode lainnya. Adapun metode yang muncul
sebelum metode ini adalah metode Direct (Direct Method). The
Audiolingual method is the method which focuses in repetition some words
to memorize. Audiolingual method is a method which use drills and pattern
practice in teaching language. Adapun Jill Kerper Mora dari San Diego
University menyebutkan:
"This method26 is based on the principles of behavior psychology. It
adapted many of the principles and procedures of the Direct Method, in part as
a reaction to the lack of speaking skills of the Reading Approach".
Metode Audiolingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya
terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks
bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa
Inggris secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language. Dasar
dan prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang
telah ada sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Selain itu,
tujuan Audiolingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk
menciptakan kompetensi komunikatif dalam diri siswa. Sebagaimana diketahui,
pengucapan (pronunciation), susunan serta aspekaspek lain antara bahasa
asing dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran
bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa diharuskan mengucapkan
dan atau membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar
sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
Pengulangan-pengulangan yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi sebuah
kebiasaan (habit). Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa
asing (bahasa Inggris), jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan
secara otomatis dan refleks dapat melakukannya. Sehingga dalam pelaksanaannya,
agar usaha tersebut dapat berjalan lancar maka diperlukan memerlukan keseriusan
baik dari guru maupun siswa.
B. Sejarah Metode Audiolingual
Metode Audiolingual
merupakan sebuah metode yang sudah berkembang selama Perang Dunia II
berlangsung. Keikutsertaan Amerika dalam perang dunia II telah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran bahasa Inggris di negara tersebut.
Untuk membekali pemerintah Amerika dengan personel yang fasih berbahasa Jerman,
Prancis, Italia, China, Jepang, Melayu dan bahasa lainnya penerjemah, asisten
code-room, dan pengalih bahasa dibutuhkan sebuah training khusus program
bahasa. Pemerintah menugaskan universitas-universitas di Amerika untuk
mengembangkan bahasa asing bagi personel militer Amerika. Demikian hingga
akhirnya Army Specialized Training Program (ASTP) didirikan pada tahun
1942. pada awal tahun 1943 sebanyak 55 universitas terlibat dalam program ini.
Metode yang juga
dikenal sebagai Army method ini berkembang sebagi reaksi terhadap metode
Grammar-Translation dalam pengajaran bahasa asing. Metode Grammar-Translation
ini sebelumnya telah dipakai selama seribu tahun, tetapi membutuhkan waktu yang
sangat lama bagi pembelajar untuk dapat berbicara dengan bahasa asing yang
ditargetkan. Kira-kira sejak 1947-1967 pendekatan AudilLingual telah menjadi
metode pengajaran bahasa asing yang dominan di Amerika. Dengan metode yang
lebih inovatif, metode Audiolingual ini mampu mencapai kompetensi komunikatif
lebih cepat.
Teori ini berdasar pada
teori behavioristik yang dikembangkan Skinner. Sebagaimana diketahui bahwa kaum
behavioris yakin bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah masalah pembisaaan
dan pembentukan kebisaaan. Dengan pola pikir bahwa dalam proses pembelajaran
yang penting adalah stimulus dan respons dan adanya penguatan. Oleh sebab itu,
dalam dunia pembelajaran bahasa teori itu melahirkan pendekatan Audiolingual
yang banyak memberikan pengulangan. Mereka yakin jika belajar bahasa itu
dilakukan dengan pengulangan, maka kompetensi berbahasa itu akan dapat
diperoleh.
Aliran behaviorisme
menjelaskan pengertian tingkah laku melalui aksi dan reaksi atau yang biasa
kita kenal dengan istilah stimulus dan response; stimulus yang berbeda
menghasilkan responsi yang berbeda pula. Adapun hubungan antara stimulus
tertentu dengan responsi tertentu disebut kebiasaan atau habit.
Watson, seorang tokoh
aliran psikologi behaviorisme klasik pernah mengemukakan bahwasanya stimulus
dapat mendatangkan responsi, maka dapat disimpulkan jika stimulus terjadi
secara tetap maka responsi pun terlatih dan diarahkan tetap akhirnya dapat
terjadi secara bersifat otomatis. Dalam metode Audiolingual yang didasarkan
pada teori behavioristik yang digunakan dalam penelitian ini, peran guru sangat
dominan karena gurulah yang memilih bentuk stimulus, memberikan punishment dan
reward, memberikan penguatan dan menentukan jenisnya, dan guru juga yang
memilih materi, dan cara mengajarkannya.
C. Asumsi Metode Audiolingual
Tahap selanjutnya adalah pemahaman mengenai asumsi dasar. Asumsi adalah
konsep atau cara berpikir, jadi melalui asumsi ini, Anda akan mengetahui inti
dari audio lingual method, bagaimana metode ini bekerja, dan elemen-elemen penting
apa yang seharusnya Anda libatkan. Nah, yuk kita simak 3 asumsi Metode
Audiolingual,
1.
Bahasa adalah ucapan-ucapan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya pernyataan tersebut, dapat kita lihat bahwa metode ini lebih menekankan
kepada apek berbicara. Memang benar, karena sejatinya, Metode Audiolingual
memiliki anggapan bahwa grammar, dan kosakata merupakan sekumpulan teori yang
sukses apabila diterapkan secarlangsung melalui berbicara. Jadi, siswa tidak
akan menguasai grammar jika hanya menghafal namun harus action.
2.
Listening dan speaking datang dahulu, kemudian diikuti oleh reading dan
writing. Proses ini terinspirasi dari kehidupan masa kecil kita sendiri. Ketika
kecil, Anda memperoleh bahasa melalui mendengarkan dahulu bukan? Sampai
saat ini saya belum menemukan satupun bayi yang langsung menulis, membaca atau
berbicara tanpa mendengar terlebih dahulu.Kemudian, setelah mendengar ayah dan
ibu kita berbicara, maka kita mulai berceloteh sedikit demi sedikit seperti
“mama, papa, kakak, dst”. Nah, aspek yang kedua ini dinamakan sebagai proses
berbicara. Lalu aspek yang ketiga adalah memahami kata dengan membaca baru
kemudian menulis. Masuk akal bukan?
3.
Setiap pengguna bahasa diarahkan untuk berbicara dalam cara yang
berbeda-beda. Artinya, seorang siswa akan tidak akan dipaksa untuk menghafalkan
suatu konsep dan bagimana menggunakannya secara berulang-ulang. Mereka akan
diajarkan bagaimana menggunakan bahasa secara natural dan alami tentunya dengan
konsep yang berbeda-beda.
D. Karakteristik Metode Audiolingual
Karakteristik metode Audiolingual ini natara lain adaah sebagai berikut :
1.
Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat ketrampilan berbahasa secara
seimbang.
2.
Urutan penyajiannya adalah menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan
menulis.
3.
Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk
dihafalkan.
4. Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola (pattern-pratctice).
Latihan atau drill mengikuti urutan : stimulus > response >
reinfrcement.
5.
Kosa kata dibatasi secara ketat atau ungkapan, bukan sebagai kata-kata
lepas yang berdiri sendiri.
6.
Pengajaran sistem bunyi secara sistematis (berstruktur) agar dapat
digunakan/dipraktekan oleh pelajar, dengan teknik demonstrasi, peniruan,
komparasi, kontras, dan lain-lain.
7.
Pelajaran menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara, dalam
arti pelajaran menulis terdiri daripola kaimat dan kosa kata yang sudah
dipelajari secara lisan.
8.
Penerjemahan dihindari. Pemakaian bahasa ibu apabila sangat diperlukan
untuk penjelasan, diperblehkan secara terbatas.
9.
Gramatika (dalam arti ilmu) tidak diajarkan pada tahap permulaan. Apabia
diperlukan pengajaran gramatika pada tahap tertentu hendaknya diajarkan secara
induktif, dan secara bertahap dari yang mudah ke yang sukar.
10.
Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukan adanya
perbedaan struktural antara bahasa asing yang diajarkan dan bahasa ibu pelajar.
Demikian juga bentuk-bentuk kesalahan siswa yang sifatnya umum dan frekuensinya
tinggi. Untuk ini diperlukan analisis kontranstif dan analisis kesaahan.
11.
Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam memberikan
response harus sungguh-sungguh dihindarkan.
12.
Guru menjadi pusat dalam kegiatan kelas, siswa mengikuti (merespon) apa
yang diperintahkan (stimulus) oleh guru.
13.
Penggunaan bahan rekaman, laboratrium bahasa, dan visual aids sangat
dipentingkan.
E. Tujuan Utama Metode Audiolingual
Prinsip sebuah metode
dibangun berdasarkan tujuan yang ditegakkan pada awal waktu. Metode
Audiolingual memiliki empat tujuan utama yang mencakup pembelajaran sebuah
bahasa Inggris sebagai bahasa Asing. Tujuannya adalah :
1.
Peserta didik dapat memahami bahasa asing ketika berbicara dengan kecepatan
normal dan peduli dengan hal-hal biasa yang terjadi di sekitar pembicaraannya.
2.
Pembelajar bahasa mampu berbicara dalam pengucapan yang diterima dan tata
bahasa yang tepat.
3.
Pembelajar bahasa tidak memiliki kesulitan dalam memahami materi cetak.
4.
Pembelajar bahasa mampu menulis dengan standar yang baik.
F. Langkah-langkah penyajian Metode Audiolingual
1.
Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membacanya berulang
kali, dan pelajar menyimak tana meihat teks.
2.
Peniruan dan penghafaan dialog atau bacaan pendek, dengan teknik menirukan
bacaan guru kalimat per kalimat secara klasikal, sambil menghafalkan
kalimat-kalimat tersebut. Teknik ini disebut mimicry-memorization (mim-mem)
technique.
3.
Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan pendek,
terutama yang dianggap sukar, karena terdapat struktur dalam bahasa ibu
pelajar. Ini diakukan dengan teknik dri yang umumnya bersifat mekanis.
4.
Dramatisasi dialog atau bacaan pendek yang sudah dilatihkan. Pelajar
memeragakan atau mendramatisasikan dialog yang sudah dihafalkan didepan kelas
secara bergantian.
5.
Latihan membuat kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat
yang sudah dipelajari.
G. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audiolingual
Secara implisit telah
kita singgung beberapa keunggulan Metode Audiolingual ini. Seperti juga halnya
metode-metode pengajaran bahasa lainya, maka disamping keunggulanya,terdapat
juga beberapa kelemahan atau kekurangan Metode Audiolingual.
1.
Adapun kelebihan dari metode ini antara lain adalah :
a.
Dapat diterapkan pada kelas-kelas yang sedang.
b.
Memberibanyak latihan dan praktek dalam aspek keterampilan menyimak dan
berbicara.
c.
Sesuai bagi tingkatan lingustik para siswa.
d.
Audiolingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang secara
terbuka mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan psikologi.
e.
Metode Audiolingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah
diakses oleh pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar). Hal tersebut
menyebabkan partisipasi pembelajar melalui teknik drill dapat dimaksimalkan.
f.
Secara positif drill dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan
oralnya.
g.
Teknik pengajaran dalam metode Audiolingual dengan menggunakan tape
recording dan laboratorium bahasa menawarkan latihan kecakapan berbicara dan
mendengar yang merupakan hal paling penting dalam pembelajaran bahasa.
Pola-pola drill memberikan siswa lebih banyak latihan.
h.
Metode Audiolingual mengembangkan kemampuan berbahasa ke dalam
"peralatan pedagogig" yaitu mendengar (menyimak), membaca dan
menulis. Metode Audiolingual secara spesifik memperkenalkan desain teknik
pendengaran (listening) dan latihan oral (speaking). Hal tersebut menunjukkan
kesuksesan dalam mengembangkan pemahaman aural (listening) dan kelancaran
berbicara (speaking).
2.
Sedangkan kekurangan dalam Metode Audiolingual antara lain adalah:
a.
Guru terampil dan cekatan sangat dibutuhkan
b.
Ulangan serinkali membosankan serta menghambat penghipotesis-an
kaidah-kaidah bahasa dan Kurang sekali memberi perhatian pada ujaran/tuturan
yang spontan.
c.
Teknik yang digunakan dalam metode Audiolingual seperti drill, penghafalan,
dan lain sebagainya mungkin bisa membuat bahasa menjadi sebuah kelakuan
(kebisaaan), tetapi hal tersebut tidak menghaslikan kompetensi yang diharapkan.
d.
Dengan metode Audiolingual mungkin guru akan mengeluhkan tentang banyaknya
waktu yang dibutuhkan (lama), dan para siswa akan mengeluh tentang kebosanan
yang disebabkan oleh pola drill yang terus-menerus digunakan.
e.
Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam metode
Audiolingual, jadi guru lebih banyak mendominasi kelas.
f.
Adapun menurut Roestiyah kelemahan suatu metode atau teknik pembelajaran
yang menggunakan drill adalah sebagai berikut:
1)
Sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak dapat berubah, karena
merupakan cara yang telah dibakukan, maka hal tersebut dapat menghambat bakat
dan inisiatif siswa.
2)
Para siswa tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut pikirannya
sendiri.
3)
Keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/paati, yang akan
merupakan kebiasaan kaku/keterampilan yang salah.
4)
Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik
dan tepat; sehingga tidak boleh diubah; mengakibatkan keterampilan yang
diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang akan merupakan kebiasaan yang
kaku; atau keterampilan yang salah.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Metode Audiolingual
adalah suatu metode yang mana banyak melakukan praktek-praktek dan
latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khutbah dan lain
sebagainya yang mana diharapkan para siswa bisa berbicara seperti pemilik
bahasa itu sendiri. Metode audiolingual pada dasarnya merupakan pengembangan
dari metode langsung yang dirasa memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan
hal-hal yang sulit dipahami siswa.
Metode Audiolingual
merupakan sebuah metode yang sudah berkembang selama Perang Dunia II
berlangsung.
Didalam metode
audiolingual memiliki asumsi yang merupakan konsep atau cara berpikir, jadi
melalui asumsi ini, Anda akan mengetahui inti dari Metode Audiolingual. Didalam
meode audiolingua memiliki 3 asumsi yaitu :
1.
Bahasa adalah ucapan-ucapan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya pernyataan tersebut
2.
Listening dan speaking datang dahulu, kemudian diikuti oleh reading dan
writing.
3.
Setiap pengguna bahasa diarahkan untuk berbicara dalam cara yang
berbeda-beda. Artinya.
Memiliki tiga belas
karakteristik dan empat tujuan. Empat tujuan itu :
1.
Peserta didik dapat memahami bahasa asing ketika berbicara dengan kecepatan
normal dan peduli dengan hal-hal biasa yang terjadi di sekitar pembicaraannya.
2.
Pembelajar bahasa mampu berbicara dalam pengucapan yang diterima dan tata
bahasa yang tepat.
3.
Pembelajar bahasa tidak memiliki kesulitan dalam memahami materi cetak.
4.
Pembelajar bahasa mampu menulis dengan standar yang baik.
Memiliki kelebihan
diantaranya :
1.
Dapat diterapkan pada kelas-kelas yang sedang.
2.
Memberibanyak latihan dan praktek dalam aspek keterampilan menyimak dan
berbicara.
3.
Sesuai bagi tingkatan lingustik para siswa.
4.
Audiolingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang secara
terbuka mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan psikologi.
5.
Metode Audiolingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah
diakses oleh pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar). Hal tersebut menyebabkan
partisipasi pembelajar melalui teknik drill dapat dimaksimalkan.
Dan memiliki kekurangan
diantaranya :
1.
Guru terampil dan cekatan sangat dibutuhkan
2.
Ulangan serinkali membosankan serta menghambat penghipotesis-an
kaidah-kaidah bahasa dan Kurang sekali memberi perhatian pada ujaran/tuturan
yang spontan.
3.
Teknik yang digunakan dalam metode Audiolingual seperti drill, penghafalan,
dan lain sebagainya mungkin bisa membuat bahasa menjadi sebuah kelakuan
(kebisaaan), tetapi hal tersebut tidak menghaslikan kompetensi yang diharapkan.
4.
Dengan metode Audiolingual mungkin guru akan mengeluhkan tentang banyaknya
waktu yang dibutuhkan (lama), dan para siswa akan mengeluh tentang kebosanan
yang disebabkan oleh pola drill yang terus-menerus digunakan.
5.
Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam metode
Audiolingual, jadi guru lebih banyak mendominasi kelas
B. Saran
Dari uraian di atas penulis berharap supaya siapapun yang akan mempelajari
media pembelajaran, hendaknya paham tentang pengertian, sejarah, karakteristik,
langkah-langkah pengajaran, kelebihan dan kekurangan secara spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Jill Kreper Mora, Second-Language
Teaching Method
Susan Kifutu, Background
and Characteristics of the Audiolingual Method